Text
Matematika Pahala : Memahami Investasi Pahala Sebagai Royalti Dari Ibadah
Ada yang menarik ketika kita melihat konsep pahala yang sudah dijanjikan oleh Allah. Sisi yang unik itu terletak pada pertama, Allah sendiri yang menjanjikan tentang adanya upah pahala di setiap ibadah yang dilakukan manusia. Itu artinya, Allah bukan hanya sekedar memerintah manusia untuk beribadah, tetapi di balik itu Allah sudah menyiapkan sesuatu sebagai imbalannya. Yang menarik dari masalah ini adalah mengapa Allah harus memberikan upah pahala atas ibadah yang dilakukan manusia; bukankah ibadah itu sendiri merupakan kewajiban mereka?
Kedua, bahkan Allah sendiri sudah menjelaskan besaran nilai pahala yang Dia tawarkan. Dalam hal ini Allah sudah membuat rumus baku tentang volume pahala dengan kisaran minimum sepuluh sampai tak terhingga jumlahnya. Ada sebuah isyarat mengapa Allah secara terang-terangan membeberkan besaran nilai pahala yang akan diberikan atas jasa ibadah yang dilakukan manusia, yakni agar mereka bisa menghitung sendiri perolehan pahala yang sudah mereka kumpulkan sebelum besok di hari Kiamat amal perbuatan mereka dihitung oleh Allah secara detail pada hari perhitungan, yakni yaumul hisab.
Ketiga, ada indikasi kesamaan antara konsep pahala dengan konsep perdagangan yang selama ini kita kenal. Dalam dunia bisnis kita dikenalkan dengan dua macam perdagangan, yakni perdagangan secara langsung dan perdagangan secara tidak langsung. Langsung artinya seseorang ikut terlibat secara langsung dengan bisnis yang digeluti. Perolehan laba dari perdagangan ini ditentukan oleh faktor apakah seseorang bekerja tidak tidak. Kalau ia bekerja maka ia akan mendapatkan keuntungan. Jika tidak maka tidak akan ada keuntungan baginya. Seorang tukang bakso keliling hanya akan mendapatkan uang manakala ia berjualan. Jika libur, ia tidak akan mendapatkan pemasukan.
Perdagangan secara tidak langsung enggak seperti itu. Secara dzahiriyah seseorang tidak terlihat bekerja, namun pada halikatnya ia bekerja. Ia tidak ikut terlibat secara langsung dengan pekerjaannya, namun ia menyuruh seseorang untuk menjalankan roda bisnisnya. Boleh jadi ia berdiam diri di dalam rumah, namun ia tetap mendapatkan keuntungan karena ada oranjg lain yang menjalankan pergadangannya.
Ternyata konsep pahala juga seperti itu. Ada pahala yang baru bisa diperoleh jika seseorang secara langsung melakukan ibadah. Saat ibadah tersebut berhenti dilakukan, maka pahala dengan sendirinya tak ada. Namun ada pahala yang berkesinambungan dan mengalir terus meski amal ibadah yang sebelumnya dilakukan sudah berhenti tidak dikerjakan. Dari sinilah nanti akan kita kenalkan istilah pahala yang bersifat stagnan dan pahala yang berupa investasi. Pahala pun ada yang diperoleh atas kerja sendiri dan ternyata ada pahala yang diperoleh atas ibadah orang lain. Yang menarik lagi, ternyata pahala besar tidak harus diperoleh melalui amalan-amalan yang berat.
Keempat, pahala ternyata bisa hangus dan hilang, bahkan tak tersisa sedikit pun. Tentu ada alasan mengapa hal itu bisa sampai terjadi. Yang jelas, kenyataan ini mengisyaratkan agar kita pandai-pandai menyimpan tabungan pahala dengan sebaik mungkin. Jangan sampai pahala yang sudah terkumpul itu hilang dan habis semua. Parahnya lagi, kita sendiri ternyata tak menyadarinya.
Inilah yang menarik dari konsep pahala. Semua keunikan tentang pahala akan dikaji dalam buku ini dengan kemasan bahasa yang sederhana.
Tidak tersedia versi lain